Senin, 22 Juni 2009

kegiatan pembelajaran dan pemilihan media pembelajaram

Prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar
Panduan prinsip-prinsip pembelajaran efektif

Pembelajaran efektif berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
Pembelajaran efektif menguatkan praktek dalam tindakan
Pembelajaran efektif mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti
Pembelajaran efektif bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan
Pembelajaran efektif merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran
Pembelajaran efektif membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran
Pembelajaran efektif dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek mengajar yang profesional

GURU, PESERTA DIDIK, DAN PEMBELAJARAN

Peran Guru :

*
memperhatikan dan bersikap positif;
*
mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;
*
memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;
*
memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta tugas masing-masing;
*
konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.

Peran Siswa :

* tertarik pada topik yang sedang dibahas;
* dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas;
* merasa aman dalam lingkungan sekolah;
* terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
* memiliki motivasi;
* melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman belajar yang akan dicapai.

Tugas pembelajaran :

*
spesifik dan dapat dikelola dengan baik
*
kemampuan yang dapat dicapai dan menarik bagi siswa
*
secara aktif melibatkan siswa
*
bersifat menantang dan relevan bagi kebutuhan siswa

Variabel-variabel dalam memilih bentuk pembelajaran

Sejumlah variabel sebaiknya dijadikan pertimbangan ketika guru menyeleksi model pembelajaran, strategi, dan metode-metode yang akan digunakan. Variabel-variabel tersebut di antaranya :

*
hasil dan pengalaman belajar siswa yang diinginkan;
*
urutan pembelajaran (sequence) yang selaras : deduktif atau induktif;
*
tingkat pilihan dan tanggung jawab siswa (degree);
*
pola interaksi yang memungkinkan;
*
keterbatasan praktek pembelajaran yang ada.

KERANGKA KERJA PENGAJARAN

Kerangka Kerja Pengajaran

Model-model Pembelajaran

1. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pendidikan dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran.
2. Model digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas siswa untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran (topik konten).
3. Joyce dan Weil (1986) mengidentifikasi empat model yakni (a) model proses informasi, (b) model personal, (c) model interaksi sosial, dan (d) model behavior.

Strategi Pembelajaran

1. Dalam setiap model terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan.
2. Menurut arti secara leksikal, strategi adalah rencana atau kebijakan yang
3. dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
4. Dengan demikian strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Strategi dikelompokkan menjadi strategi langsung (direct), strategi tidak langsung (indirect), strategi interaktif (interactive), strategi melalui pengalaman (experiential), dan strategi mandiri (independent).

Metode-metode Pembelajaran

1. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Keterampilan-keterampilan pembelajaran

1. Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik.
2. Di dalamnya terdapat teknik-teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi, pembelajaran langsung, teknik menjelaskan dan mendemonstrasikan.
3. Dalam keterampilan-keterampilan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta pengelolaan pembelajaran.

STRATEGI PENGAJARAN

STRATEGI PENGAJARAN

1.Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)

* Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.
* Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah

2.Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)

*
Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.
*
Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri.
*
Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3.Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)

*
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik.
*
Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
*
Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.
*
Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

4.Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)

*
Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
*
Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil belajar.
*
Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

5.Strategi Belajar Mandiri (independent study)

*
Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru.
*
Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.

METODE PENGAJARAN

METODE PENGAJARAN

PENGEMBANGAN MEDIA

PENGERTIAN MEDIA

AECT : media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi

Gagne : media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar

Briggs : media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar

NEA : media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya

MEDIA adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi

KEGUNAAN MEDIA

*
Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
*
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
*
Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah
*
Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman

PEMILIHAN MEDIA

CIRI UTAMA MEDIA YAKNI SUARA, VISUAL, GERAK

KLASIFIKASI MEDIA
Audio visual gerak / diam
Visual gerak / diam
Audio Cetak

PERTIMBANGAN PEMILIHAN MEDIA

*
Tujuan yang ingin dicapai
*
Karakteristik siswa/sasaran
*
Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak)
*
Keadaan lingkungan setempat
*
Luasnya jangkauan yang ingin dilayani

Kamis, 04 Juni 2009

TUGAS METLIT : PROPOSAL PKN

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DI SMPN









Di Tulis Oleh :
SELLY ISMA DESIANE
4115072089






UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
JURUSAN SOSIAL POLITIK
2009







BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Sesuai dengan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa;
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang peneliti memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif).

Pada SMPN 147 Jakarta sejak peneliti mengajar tahun 1991, dalam pembelajaran PKn, peneliti sering menggunakan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan model pembelajaran lain yaitu model pembelajaran diskusi. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif, sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok. Dalam melaksanakan diskusi kelompok, peneliti juga melihat di antara anggota kelompok ada yang suka mengganggu teman karena mereka beranggapan bahwa dalam belajar kelompok (diskusi) tidak perlu semuanya bekerja. Karena tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok (diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois sehingga tidak mau menerima pendapat teman.
Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa di SMPN 147 Jakarta dalam pembelajaran PKn sangat kurang. Dalam hal ini peneliti berani mengungkapkan karena memang aktivitas siswa SMP Negeri 147 Jakarta masih jauh dari pengertian aktivitas yang diungkapkan dari para ahli, seperti Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 173), mengemukakan bahwa jenis aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa siswa SMPN 147 Jakarta dalam melaksanakan diskusi kelas jarang sekali mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran. Karena aktivitas siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga menjadi rendah. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata hasil ujian semester 1 kelas VII tahun pelajaran 2007/2008, seperti yang dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel: 1.1
Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1 Siswa Kelas VII SMPN 147 Tahun Pelajaran 2007/2008
No. Kelas Rata-rata nilai PKn semester 1
1 VII A 71
2 VII B 66
3 VII C 69
4 VII D 67
Sumber: Data Sekunder Nilai PKn SMP Negeri 147 Jakarta.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran PKn. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.
Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran PKn yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Model pembelajaran yang akan peneliti coba untuk melakukannya adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Ketertarikan peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena peneliti melihat dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw dibanding dengan diskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu ada yang merupakan tanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw”.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SMPN 147 Jakarta, diharapkan aktivitas siswa meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
2. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
3. Adanya siswa beranggapan bahwa dalam belajar kelompok tidak perlu semua bekerja.
4. Adanya siswa yang suka membicarakan hal lain, yang tidak berhubungan dengan tugas
kelompok
5. Tanggung jawab siswa terhadap tugas masih rendah.
6. Adanya anggota kelompok yang tidak mau menerima pendapat teman.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan kemampuan waktu dan tenaga yang peneliti miliki, maka peneliti memberi batasan masalah:
1. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
2. Tanggung jawab siswa terhadap tugas masih rendah.
3. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pembelajaran PKn?
2. Sejauh mana aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
3. Sejauh mana pengaruh motivasi terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “untuk emngetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw”.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penilitian ini bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
i. Memberikan suasana pembelajaran yang menggairahkan
ii. Menghilangkan anggapan bahwa belajar kelompok itu cukup dikerjakan oleh satu atau dua orang saja
iii. Memupuk pribadi siswa aktif dan kreatif
iv. Memupuk tanggung jawab individu maupun kelompok
b. Bagi Guru
i. Mengembangkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
ii. Melatih guru agar lebih jeli dalam memperhatikan kesulitan belajar siswa
c. Bagi Sekolah
i. Melahirkan siswa-siswa yang aktif dan kreatif dalam menghadapi permasalahan di lingkungannya.





































BAB II
KAJIAN TEORI


A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.

Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:
1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.
2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

B. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn

Aktivitas Belajar Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu dijelaskan tentang Aktivitas dan Belajar. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan / keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Sedangkan Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.

Selanjutnya Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu:
1. Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
2. Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.
Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu 1. perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, 2. interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta, dsb.
Jadi peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005 : 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.

Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001 : 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.


4. Kegiatan-kegiatan Menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.




5. Kegiatan-kegiatan Menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan Mental

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan Emosional Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian aktivitas tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran PKn tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktifitas siswa apalagi dalam pembelajaran PKn antara lain tujuannya adalah untuk menjadikan manusia kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam rangka membentuk manusia yang kreatif dan bertanggung jawab ini peneliti berusaha melatih dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sebab dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dan bertanggung jawab baik secara individu maupun kelompok.

Hal lain yang juga sangat penting pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa adalah motivasi. Menurut Oemar Hamalik (2001: 158), “Motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis:

1. Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini disebut motivasi murni karena timbul dari diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, mengembangkan sikap untuk berhasil, dll.

2. Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya ijazah, tingkatan hadiah, medali, dll. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa. Oleh sebab itu motivasi perlu dibangkitkan oleh guru, sehingga siswa mau dan ingin belajar.

Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dengan adanya motivasi siswa dalam belajar, maka aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga akan meningkat.
Aktivitas Siswa yang Diamati
Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas siswa sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
c. Memberi saran
d. Mengemukakan pendapat
e. Menyelesaikan tugas kelompok
f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.
Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikena evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:

Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah dapat membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat bekerja dengan optimal.

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif:

Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok dan 4) tipe Struktural. Tentang hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.

b. Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.

c. Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan, di mana siswa terlibat dalam perencanaan pemilihan topik yang dipelajari dan melakukan pentelidikan yang mendalam atas topik yang dipilihnya, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
d. Tipe Struktural
Ada 2 macam pembelajaran koooperatif tipe struktural ini yang terkenal, yaitu:
- Think-pair-share, yaitu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut:
Tahap Pertama: Thinking (berfikir), dengan mengajukan pertanyaan, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban secara mandiri beberapa saat.

Tahap Kedua: Siswa diminta secara berpasangan untuk mendiskusikan apa yang dipikirkannya pada tahap pertama.

Tahap Ketiga: Meminta kepada pasangan untuk berbagi kepada seluruh kelas secara bergiliran.

Numbered head together yaitu pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: siswa dibagi per kelompok dengan anggota 3-5 orang, dan setiap anggota diberi nomor 1-5.

Langkah 2: guru mengajukan pertanyaan.

Langkah 3: berfikir bersama menyatukan pendapat.

Langkah 4: nomor tertentu disuruh menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Dari keempat tipe pembelajaran kooperatif di atas, peneliti lebih tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, di mana pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap siswa berkewajiban mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka secara bersama pada kelompok ahli, kemudian setiap siswa harus menyampaikan materi yang sudah dipelajarinya dalam kelompok asal, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung. Tingkat aktivitas pada kooperatif Jigsaw lebih tinggi karena semua siswa berpartisipasi dan punya tanggung jawab baik individu maupun kelompok.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Persiapan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw

1. Pembentukan Kelompok Belajar

Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.

b. Kelompok Ahli

Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal, dengan diagram.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A,B,C,D,E

b. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

c. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana / tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.

d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit.

f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.

g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit.

h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit)

E. Kerangka Konseptual

Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yaitu : tahap I (kooperatif asal), tahap II (kelompok ahli), tahap III (kelompok gabungan). Untuk meningkatkan aktivitas siswa perlu adamotivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam halini peneliti hanya meneliti sampai aktivitas siswa, tidak meneliti sampai hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, kerangka konseptual dapat digambarkan.

F. Hipotesis Tindakan

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN 147 Jakarta aktivitas siswa dapat meningkat.




























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam arti luas. Suharsimi Harikunto (2006 : 2 ) memandang Penelitian Tindakan Kelas sebagai bentuk penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran.
PTK, selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, PTK bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi yang lebih penting adalah memberikan pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan upaya meningkatkan proses serta hasil belajar.

B. Tempat/Waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 147 Jakarta yang terletak di Jln. Jambore cibubur Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2008 (semester II tahun pelajaran 2007/2008) dengan standar kompetensi 4. Menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat, sedangkan Kompetensi Dasar (KD):
4.1. Menjelaskan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat.
4.2. Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.A yang berjumlah 33orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. kondisi belajar yang kondusif dan memperhatikan gurunya,selain itu siswa dan siswinya aktif bertanya. Maka kelas VII.A dipilih sebagai subjek penelitian karena kondisi siswa pada kelas tersebut termasuk bagus.

C. Prosedur Penelitian

Menurut prosedur Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kurt Lewin dalam Depdikbud (1999 : 21).




1. Rencana Tindakan
a. Menetapkan jumlah siklus yaitu dua siklus, tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan tatap muka.

b. Menetapkan kelas yang dijadikan objek penelitian, yaitu kelas VII A SMPN 147 Jakarta

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan penelitian.

d. Menyusun perangkat pembelajaran, meliputi:
- Rencana Pembelajaran
- Lembaran Kerja Siswa
- Merancang alat pengumpul data

e. Menetapkan observer

2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus 1
a. Kegiatan Pendahuluan
1). Menyampaikan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
2). Sebagai apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari
3). Memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran
4). Menyebutkan dan menuliskan judul pembelajaran
5). Menyebutkan dan menuliskan kompetensi dasar yang ingin dicapai

b. Kegiatan Inti
1). Tahap Kooperatif
- Siswa dibagi dalam enam kelompok kecil yang anggotanya empat orang dan diberi nomor kepala A,B,C,D.
- Kepada setiap kelompok dibagikan tugas yang tidak sama, masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda.
- Tugas disajikan dalam bentuk Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang dipersiapkan oleh peneliti.

2). Tahap Ahli
Siswa yang menerima wacana yang sama (yang berasal dari masing-masing kelompok kooperatif), membahas wacana / tugas dengan diskusi / bekerja sama dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada masing-masing anggota kelompok kooperatif asal.

3). Tahap Kooperatif Asal
- Setiap anggota kembali ke kelompok kooperatif masing-masing yang telah menjadi ahli dan mengajarkan / menginformasikan hasil diskusi kelompok ahli secara bergiliran
- Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menunjuk salah satu kelompok

c. Kegiatan Penutup
1). Memberi penekanan tentang konsep penting yang harus dikuasai siswa
2). Membantu siswa menarik kesimpulan
3). Memberikan tugas rumah berdasarkan topik pada rencana pembelajaran


D. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa instrumen untuk mencatat semua aktivitas siswa selama tindakan berlangsung. Ada tiga macam alat pengumpul data yang digunakan, yaitu:
a. Lembaran Observasi

Aspek-aspek yang diamati adalah:
- Mengajukan pertanyaan
- Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
- Memberi saran
- Mengemukakan pendapat
- Menyelesaikan tugas kelompok
- Mempresentasikan hasil kerja kelompok

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan buku jurnal harian yang ditulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.

c. Kuesioner Siswa

Kuesioner siswa merupakan dialog secara tertulis dengan siswa yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran yang dibawakan disenangi atau tidak oleh siswa, ada sepuluh aspek yang ditanyakan. Pada kuesioner ini siswa diharapkan dapat menjawab jujur dan objektif dengan jalan memberi ceklis “ya” atau “tidak” pada lajur yang disediakan. Kuesioner ini diberikan kepada 33 orang siswa setelah berakhirnya siklus kedua. Aspek yang ditanyakan pada kuesioner tersebut terlampir.

E. Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa secara kolaboratif dengan teman sejawat dan hasilnya dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana tindakan berikutnya. Analisa data dilakukan setiap selesai 1 kali pertemuan tatap muka dan setiap akhir silkus. Data dianalisa secara kualitatif yaitu lembaran observasi dan catatan lapangan. Analisa kualitatif untuk catatan lapangan dan lembaran observasi dilakukan dengan jalan membandingkan keaktifan siswa pada siklus satu dengan keaktifan siswa siklus dua.






a. Lembaran Observasi Proses Belajar Mengajar

Lembaran ini dipergunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa dan guru selama proses belajar berlangsung. Ada 6 aspek yang diamati pada lembaran ini, yaitu:
1. Mengajukan pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
3. Memberi saran
4. Mengemukakan pendapat
5. Menyelesaikan tugas kelompok
6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok





































DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anton M Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Depdikbud, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Depdikbud
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T., Bumi Aksara
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Team Pelatih Penelitian Tindakan, 2000, Penelitian Tindakan (Action Research), Universitas Negeri Yogyakarta
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, 2003, Jakarta : Depdiknas
Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima

Minggu, 31 Mei 2009

tugas proposal PKn

PENDAHULUUPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DI SMPN










Di Tulis Oleh :
Selly Isma Desiane

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
JURUSAN SOSIAL POLITIK
2009




























BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Sesuai dengan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa;
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang peneliti memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif).

Pada SMPN 147 Jakarta sejak peneliti mengajar tahun 1991, dalam pembelajaran PKn, peneliti sering menggunakan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan model pembelajaran lain yaitu model pembelajaran diskusi. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif, sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok. Dalam melaksanakan diskusi kelompok, peneliti juga melihat di antara anggota kelompok ada yang suka mengganggu teman karena mereka beranggapan bahwa dalam belajar kelompok (diskusi) tidak perlu semuanya bekerja. Karena tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok (diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois sehingga tidak mau menerima pendapat teman.
Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa di SMPN 147 Jakarta dalam pembelajaran PKn sangat kurang. Dalam hal ini peneliti berani mengungkapkan karena memang aktivitas siswa SMP Negeri 147 Jakarta masih jauh dari pengertian aktivitas yang diungkapkan dari para ahli, seperti Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 173), mengemukakan bahwa jenis aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa siswa SMPN 147 Jakarta dalam melaksanakan diskusi kelas jarang sekali mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran. Karena aktivitas siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga menjadi rendah. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata hasil ujian semester 1 kelas VII tahun pelajaran 2007/2008, seperti yang dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel: 1.1
Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1 Siswa Kelas VII SMPN 147 Tahun Pelajaran 2007/2008
No. Kelas Rata-rata nilai PKn semester 1
1 VII A 71
2 VII B 66
3 VII C 69
4 VII D 67
Sumber: Data Sekunder Nilai PKn SMP Negeri 147 Jakarta.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran PKn. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.
Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran PKn yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Model pembelajaran yang akan peneliti coba untuk melakukannya adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Ketertarikan peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena peneliti melihat dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw dibanding dengan diskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu ada yang merupakan tanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw”.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SMPN 147 Jakarta, diharapkan aktivitas siswa meningkat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
2. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
3. Adanya siswa beranggapan bahwa dalam belajar kelompok tidak perlu semua bekerja.
4. Adanya siswa yang suka membicarakan hal lain, yang tidak berhubungan dengan tugas
kelompok
5. Tanggung jawab siswa terhadap tugas masih rendah.
6. Adanya anggota kelompok yang tidak mau menerima pendapat teman.

C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan kemampuan waktu dan tenaga yang peneliti miliki, maka peneliti memberi batasan masalah:
1. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
2. Tanggung jawab siswa terhadap tugas masih rendah.
3. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pembelajaran PKn?
2. Sejauh mana aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
3. Sejauh mana pengaruh motivasi terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “untuk emngetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw”.



F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penilitian ini bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
i. Memberikan suasana pembelajaran yang menggairahkan
ii. Menghilangkan anggapan bahwa belajar kelompok itu cukup dikerjakan oleh satu atau dua orang saja
iii. Memupuk pribadi siswa aktif dan kreatif
iv. Memupuk tanggung jawab individu maupun kelompok
b. Bagi Guru
i. Mengembangkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
ii. Melatih guru agar lebih jeli dalam memperhatikan kesulitan belajar siswa
c. Bagi Sekolah
i. Melahirkan siswa-siswa yang aktif dan kreatif dalam menghadapi permasalahan di lingkungannya.































BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.

Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:
1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.
2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

B. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn

Aktivitas Belajar Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu dijelaskan tentang Aktivitas dan Belajar. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan / keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Sedangkan Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Selanjutnya Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu:
1. Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
2. Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.
Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu 1. perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, 2. interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta, dsb.
Jadi peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005 : 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.

Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001 : 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental
Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian aktivitas tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran PKn tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktifitas siswa apalagi dalam pembelajaran PKn antara lain tujuannya adalah untuk menjadikan manusia kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam rangka membentuk manusia yang kreatif dan bertanggung jawab ini peneliti berusaha melatih dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sebab dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dan bertanggung jawab baik secara individu maupun kelompok.

Hal lain yang juga sangat penting pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa adalah motivasi. Menurut Oemar Hamalik (2001: 158), “Motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini disebut motivasi murni karena timbul dari diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, mengembangkan sikap untuk berhasil, dll.
2. Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya ijazah, tingkatan hadiah, medali, dll. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa. Oleh sebab itu motivasi perlu dibangkitkan oleh guru, sehingga siswa mau dan ingin belajar.

Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dengan adanya motivasi siswa dalam belajar, maka aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga akan meningkat.
Aktivitas Siswa yang Diamati
Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas siswa sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
c. Memberi saran
d. Mengemukakan pendapat
e. Menyelesaikan tugas kelompok
f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.
Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikena evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.


3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah dapat membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat bekerja dengan optimal.

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif:
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok dan 4) tipe Struktural. Tentang hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.

b. Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.

c. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan, di mana siswa terlibat dalam perencanaan pemilihan topik yang dipelajari dan melakukan pentelidikan yang mendalam atas topik yang dipilihnya, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
d. Tipe Struktural
Ada 2 macam pembelajaran koooperatif tipe struktural ini yang terkenal, yaitu:
- Think-pair-share, yaitu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut:
Tahap Pertama: Thinking (berfikir), dengan mengajukan pertanyaan, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban secara mandiri beberapa saat.

Tahap Kedua: Siswa diminta secara berpasangan untuk mendiskusikan apa yang dipikirkannya pada tahap pertama.

Tahap Ketiga: Meminta kepada pasangan untuk berbagi kepada seluruh kelas secara bergiliran.

Numbered head together yaitu pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: siswa dibagi per kelompok dengan anggota 3-5 orang, dan setiap anggota diberi nomor 1-5.

Langkah 2: guru mengajukan pertanyaan.

Langkah 3: berfikir bersama menyatukan pendapat.

Langkah 4: nomor tertentu disuruh menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Dari keempat tipe pembelajaran kooperatif di atas, peneliti lebih tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, di mana pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap siswa berkewajiban mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka secara bersama pada kelompok ahli, kemudian setiap siswa harus menyampaikan materi yang sudah dipelajarinya dalam kelompok asal, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung. Tingkat aktivitas pada kooperatif Jigsaw lebih tinggi karena semua siswa berpartisipasi dan punya tanggung jawab baik individu maupun kelompok.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Persiapan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw

1. Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.

b. Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal, dengan diagram.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal, beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A,B,C,D,E

b. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

c. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana / tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.

d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit.

f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.

g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit.

h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit).





E. Kerangka Konseptual
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yaitu : tahap I (kooperatif asal), tahap II (kelompok ahli), tahap III (kelompok gabungan). Untuk meningkatkan aktivitas siswa perlu adamotivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam halini peneliti hanya meneliti sampai aktivitas siswa, tidak meneliti sampai hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, kerangka konseptual dapat digambarkan.

F. Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN 147 Jakarta aktivitas siswa dapat meningkat.



































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam arti luas. Suharsimi Harikunto (2006 : 2 ) memandang Penelitian Tindakan Kelas sebagai bentuk penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran.
PTK, selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, PTK bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi yang lebih penting adalah memberikan pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan upaya meningkatkan proses serta hasil belajar.

B. Tempat/Waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 147 Jakarta yang terletak di Jln. Jambore cibubur Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2008 (semester II tahun pelajaran 2007/2008) dengan standar kompetensi 4. Menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat, sedangkan Kompetensi Dasar (KD):
4.1. Menjelaskan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat.
4.2. Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.A yang berjumlah 33orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. kondisi belajar yang kondusif dan memperhatikan gurunya,selain itu siswa dan siswinya aktif bertanya. Maka kelas VII.A dipilih sebagai subjek penelitian karena kondisi siswa pada kelas tersebut termasuk bagus.

C. Prosedur Penelitian
Menurut prosedur Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kurt Lewin dalam Depdikbud (1999 : 21).
1. Rencana Tindakan
a. Menetapkan jumlah siklus yaitu dua siklus, tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan tatap muka.
b. Menetapkan kelas yang dijadikan objek penelitian, yaitu kelas VII A SMPN 147 Jakarta
c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan penelitian.
d. Menyusun perangkat pembelajaran, meliputi:
- Rencana Pembelajaran
- Lembaran Kerja Siswa
- Merancang alat pengumpul data
e. Menetapkan observer

2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus 1
a. Kegiatan Pendahuluan
1). Menyampaikan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
2). Sebagai apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari
3). Memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran
4). Menyebutkan dan menuliskan judul pembelajaran
5). Menyebutkan dan menuliskan kompetensi dasar yang ingin dicapai
b. Kegiatan Inti

1). Tahap Kooperatif
- Siswa dibagi dalam enam kelompok kecil yang anggotanya empat orang dan diberi nomor kepala A,B,C,D.
- Kepada setiap kelompok dibagikan tugas yang tidak sama, masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda.
- Tugas disajikan dalam bentuk Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang dipersiapkan oleh peneliti.

2). Tahap Ahli
Siswa yang menerima wacana yang sama (yang berasal dari masing-masing kelompok kooperatif), membahas wacana / tugas dengan diskusi / bekerja sama dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada masing-masing anggota kelompok kooperatif asal.

3). Tahap Kooperatif Asal
- Setiap anggota kembali ke kelompok kooperatif masing-masing yang telah menjadi ahli dan mengajarkan / menginformasikan hasil diskusi kelompok ahli secara bergiliran
- Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menunjuk salah satu kelompok
c. Kegiatan Penutup
1). Memberi penekanan tentang konsep penting yang harus dikuasai siswa
2). Membantu siswa menarik kesimpulan
3). Memberikan tugas rumah berdasarkan topik pada rencana pembelajaran

D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa instrumen untuk mencatat semua aktivitas siswa selama tindakan berlangsung. Ada tiga macam alat pengumpul data yang digunakan, yaitu:
a. Lembaran Observasi
Aspek-aspek yang diamati adalah:
- Mengajukan pertanyaan
- Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
- Memberi saran
- Mengemukakan pendapat
- Menyelesaikan tugas kelompok
- Mempresentasikan hasil kerja kelompok

b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan buku jurnal harian yang ditulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.

c. Kuesioner Siswa
Kuesioner siswa merupakan dialog secara tertulis dengan siswa yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran yang dibawakan disenangi atau tidak oleh siswa, ada sepuluh aspek yang ditanyakan. Pada kuesioner ini siswa diharapkan dapat menjawab jujur dan objektif dengan jalan memberi ceklis “ya” atau “tidak” pada lajur yang disediakan. Kuesioner ini diberikan kepada 33 orang siswa setelah berakhirnya siklus kedua. Aspek yang ditanyakan pada kuesioner tersebut terlampir.

E. Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa secara kolaboratif dengan teman sejawat dan hasilnya dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana tindakan berikutnya. Analisa data dilakukan setiap selesai 1 kali pertemuan tatap muka dan setiap akhir silkus. Data dianalisa secara kualitatif yaitu lembaran observasi dan catatan lapangan. Analisa kualitatif untuk catatan lapangan dan lembaran observasi dilakukan dengan jalan membandingkan keaktifan siswa pada siklus satu dengan keaktifan siswa siklus dua.
a. Lembaran Observasi Proses Belajar Mengajar
Lembaran ini dipergunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa dan guru selama proses belajar berlangsung. Ada 6 aspek yang diamati pada lembaran ini, yaitu:
1. Mengajukan pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
3. Memberi saran
4. Mengemukakan pendapat
5. Menyelesaikan tugas kelompok
6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pertemuan 1

1. Perencanaan Tindakan
Berkaitan dengan masalah penelitian ini sudah dirumuskan rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Rencana tindakan disusun untuk menguji hipotesis yang diajukan. Apakah tindakan yang dilakukan relevan dan sinkron dengan akar permasalahan yang ada. Materi pelajaran yang dibahas pada siklus I ini adalah:
“Menjelaskan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat”, dengan perencanaan penelitian sebagai berikut:
• Menyiapkan rencana pembelajaran
• Menyiapkan wacana / tugas
• Menyiapkan format observasi
• Membagi kelompok siswa, yaitu kelompok kooperatif asal empat orang anggota dan kelompok ahli lima orang anggota

2. Pelaksanaan Tindakan
Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Pendahuluan (membuka pelajaran)
Guru bercerita tentang keadaan / situasi masyarakat ataupun negara terutama dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini, sehingga siswa mampu menghubungkan dengan topik yang akan dibahas. Kemudian guru memberi motivasi kepada siswa agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran.

Kegiatan Inti
Siswa menyimak penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Kemudian siswa membaca materi pembelajaran mengenai hakekat serta landasan hukum mengemukakan pendapat.
Selanjutnya secara individu siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, yaitu:
a. Pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat
b. Dampak positif kemerdekaan mengemukakan pendapat dan hak-hak yang membatasi kemerdekaan mengemukakan pendapat.
c. Setelah selesai mengerjakan tugas, tiga orang siswa secara bergantian mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Kemudian guru memberi penjelasan dan klarifikasi sesuai dengan tugas yang dipresentasikan.

Kegiatan Penutup
Siswa dengan dibimbing guru membuat rangkuman materi pelajaran. Setelah selesai, guru membentuk kelompok serta penjelasan kerja kelompok untuk persiapan pembelajaran berikutnya.

Pertemuan II
Pendahuluan
Guru melakukan appersepsi yaitu kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran, kemudian memberikan motivasi dan informasi kompetensi yang akan dicapai. Kemudian guru membentuk kelompok sebagaimana telah dipersiapkan pada pertemuan sebelumnya.

Kegiatan Inti
Guru memberikan tugas-tugas terhadap nomor kepala (nomor anggota kelompok), mulai dari nomor kepala A, B,C dan D, serta menjelaskan langkah yang harus dilakukan setiap kelompok dan alokasi waktu yang disediakan. Masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda-beda. Tugas masing-masing nomor kepala adalah sebagai berikut:
Nomor kepala A membahas pengertian hak dan macam-macam hak-hak seseorang dalam mengemukakan pendapat.

Nomor kepala B membahas pengertian kewajiban dan macam-macam kewajiban dalam mengemukakan pendapat.

Nomor kepala C membahas bentuk-bentuk mengemukakan pendapat di muka umum.

Nomor kepala D membahas cara-cara beserta contoh mengemukakan pendapat di muka umum.

Setelah guru memberikan tugas kepada kelompok asal, setiap siswa mencatat bentuk tugas yang menjadi bagiannya. Selanjutnya yang mempunyai nomor kepala yang sama berkelompok dalam satu kelompok yang disebut kelompok ahli. Setiap kelompok ahli berdiskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggungjawabnya. Guru berkeliling memberikan bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan, sekaligus mengamati aktivitas siswa yang sedang bekerja bersama observer dari guru serumpun. Setelah selesai berdiskusi pada kelompok ahli, setiap anggota mencatat hasilnya. Selanjutnya masing-masing anggota kembali ke kelompok asal. Pada kelompok ini hasil diskusi yang telah diperoleh dari kelompok ahli dibicarakan bersama dan disatukan untuk dijadikan laporan kelompok. Kemudian hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas.
Kegiatan Penutup
*Siswa dengan difalitasi oleh guru membuat kesimpulan materi pelajaran dan guru memberi penekanan terhadap materi yang penting
*Mengumpulkan laporan hasil kerja kelompok
*Menanyakan kepada beberapa orang siswa tentang refleksi pelajaran yang dilakukannya
*Memberi pekerjaan rumah (PR).

3. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dalam rangka mengupayakan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, maka pemantauan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
1) Lembaran Observasi
2) Catatan Lapangan
Berikut ini dipaparkan satu persatu:
1) Lembaran Observasi

Observasi ini peneliti lakukan bersama dengan teman sejawat pada tanggal 24 April 2008 dan 15 Mei 2008 (Siklus I). Aktivitas yang diamati adalah:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
c. Membari saran
d. Mengemukakan pendapat
e. Menyelesaikan tugas kelompok
f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

Hasil observasi dapat kita lihat pada lampiran 1 dan 2
Tabel: 4.1
Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 1 (24 April 2008 dan 15 Mei 2008)
NO Aktivitas yang diamati Jumlah siswa Ket.
Pert. 1 Pert. 2
1. Mengajukan pertanyaan 3 (14%) 6 (27%)
2. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru 3 (14%) 7 (32%)
3. Memberi saran - (0%) 1 (5%)
4. Mengemukakan pendapat 4 (19%) 7 (32%)
5. Menyelesaikan tugas kelompok 12 (57%) 15 (68%)
6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok 3 (14%) 4 (18%)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada pertemuan I aktivitas siswa masih rendah. Untuk diketahui pada pertemuan I ini peneliti belum lagi menerapkan model pembelajaran Jigsaw, tetapi hanya berbentuk ceramah bervariasi disertai dengan penugasan. Di akhir pembelajaran baru peneliti membentuk kelompok untuk persiapan pembelajaran jigsaw pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan 2 peneliti telah menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, ternyata seperti yang kita lihat dalam tabel, terjadi peningkatan aktivitas siswa. Peningkatan terjadi pada semua aspek, namun yang paling rendah aktivitasnya adalah dalam hal memberi saran. Ini disebabkan karena tingkat pengetahuan siswa yang masih rendah. Kemudian peningkatan aktivitas yang agak tinggi adalah dalam menjawab pertanyaan siswa maupun guru. Ini disebabkan karena siswa diberi dorongan atau motivasi, sehingga secara bertahap timbul keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan.

2) Catatan Lapangan
Pada awal pembelajaran terlihat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Prasyarat pengetahuan dan motivasi yang diberikan guru saat membuka pelajaran membuat siswa terbawa ke suasana belajar. Apalagi siswa dapat merasakan dan melihat secara langsung maupun tak langsung keadaan masyarakat / negara yang dilanda krisis ekonomi, hukum, dll, sehingga timbullah demonstrasi (unjuk rasa). Setelah siswa terpancing dengan suasana belajar, barulah peneliti memberi tahu topik atau KD yang akan dipelajari. Namun setelah guru memberi tugas sesuai dengan model pembelajaran yang dibawakan, mulai timbul permasalahan. Berikut ini diuraikan masalah-masalah tersebut.
1) Siswa tidak mampu menyelesaikan tugas dengan waktu yang telah ditentukan,
2) Masih banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru,
3) Siswa cenderung mencatat saja tanpa diskusi pada tahap kelompok ahli,
4) Frekuensi bertanya maupun menjawab pertanyaan masih rendah,
5) Pada tahap presentasi hanya satu orang yang berani memberi saran.

Refleksi Siklus I
Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan teman sejawat serta catatan lapangan yang ada pada peneliti, ternyata sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan tugas dengan optimal, baik pada tahap kooperatif asal (tahap I), tahap ahli (tahap II), maupun tahap ke III.
Tingkat keaktifan siswa sangat rendah dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan tindakan ini belum tercapai secara optimal.
Menurut pengamatan peneliti kegagalan siswa tampak dengan jelas dalam memanfaatkan waktu. Siswa belum mampu memanfaatkan waktu sesuai dengan yang dialokasikan untuk setiap tahapan.
Agar siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tersebut, maka perlu diberikan perpanjangan waktu. Akibat dari perpanjangan waktu ini adalah sedikitnya waktu yang tersedia untuk kegiatan presentasi hasil kerja kelompok.
Bila dicermati, penyebab dari kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas saat proses pembelajaran bersumber dari hal-hal berikut:
1. Siswa belum memahami tentang langkah-langkah kerja atau tahapan –tahapan pembelajaran yang harus dilalui. Misanya apa yang seharusnya dilakukan dalam tahapan I (kooperatif asal), tahapan II (kooperatif ahli), dan seterusnya.

2. Pada tahap III, ada siswa yang tidak mampu menyampaikan ilmu yang diperdapatnya dari kelompok ahli secara sistematis, sehingga teman sekelompoknya tidak dapat menyerap pelajaran sebagaimana mestinya.

3. Masih ada siswa yang suka mengganggu teman, sehingga terkendala dalam menyelesaikan tugas.
Berdasarkan permasalahan dan kegagalan di atas, maka peneliti mencarikan solusinya yaitu dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang langkah-langkah kerja kelompok pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sehingga kegiatan pada siklus berikutnya dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan.

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan Siklus II
Pada siklus II ini dilakukan tindakan seperti pada siklus pertama. Materi pelajaran yang dibahas adalah “Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab”. Siklus kedua ini terdiri dari dua kali tatap muka dan satu kali tatap muka 2 × 40 menit. Seluruh perangkat pembelajaran disusun sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Sedangkan rencana tindakan yang dilaksanakan adalah:
*Menyiapkan Rencana Pembelajaran untuk dua kali pertemuan,
*Menyiapkan wacana / tugas dalam bentuk LKS,
*Menyiapkan format observasi aktivitas siswa dalam PBM,
*Membagi kelompok siswa, untuk kelompok kooperatif asal terdiri dari empat orang anggota kelompok dan kelompok ahli terdiri dari lima orang anggota kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi siklus satu, maka tindakan tambahan yang direncanakan pada siklus dua ini adalah:
*Memberikan arahan kembali tentang langkah-langkah kerja kelompok
*Kepada siswa, diinformasikan topik pelajaran yang akan dibahas minggu depan dengan tujuan agar siswa lebih siap lagi melakukan kegiatan pembelajaran
*Kelompok siswa direvisi sehingga dalam kelompok tersebut benar-benar heterogen dalam berbagai hal.

2. Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan pertama pada siklus dua ini, masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda, yaitu:
a. Nomor kepala A membahas hakekat kemerdekaan menyampaikan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab

b. Nomor kepala B membahas tatacara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab di muka umum

c. Nomor kepala C membahas kewajiban POLRI setelah menerima surat pemberitahuan mengemukakan pendapat di muka umum

d. Nomor kepala D membahas tempat-tempat dan hari-hari yang tidak boleh mengemukakan pendapat di muka umum.

Kondisi riil yang dialami selama proses pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut:
A. Pendahuluan (membuka pelajaran)
Siswa memperhatikan penjelasan-penjelasan guru dengan baik saat membuka pelajaran, mulai dari mengabsensi siswa, memberikan motivasi, sampai menyampaikan kompetensi dan indikator yang akan dicapai. Kemudian guru membentuk kelompok dan penjelasan kerja kelompok.

B. Kegiatan Inti
Ada tiga tahapan pada kegiatan inti ini, yaitu:
*Tahap I (kooperatif asal)
Pada tahap ini siswa diberi wacana / tugas melalui kelompok. Masing-masing anggota kelompok mencatat dan mencari tugas yang menjadi bagiannya.
Pada tahapan ini masih ada siswa yang kurang perhatian terhadap tugasnya, namun secara keseluruhan sudah ada peningkatan.


*Tahap II (kooperatif ahli)
Siswa yang mempunyai nomor kepala yang sama bergabung dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok melaksanakan diskusi untuk membahas topik / materi yang menjadi tanggungjawabnya. Guru memperhatikan semua kelompok dan memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. Guru bersama observer dari teman sejawat mengamati aktivitas siswa yang sedang bekerja pada kelompok masing-masing. Pada tahap ini secara umum siswa kelihatan sudah serius bekerja, sehingga konsep pelajaran yang didiskusikan dapat dikuasai dengan baik. Selanjutnya siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan secara bergiliran materi yang sudah dipelajarinya pada kelompok ahli dengan jelas.

*Tahap III
Siswa berkomunikasi dan berdiskusi dengan serius untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Siswa saling memberi dan menerima informasi untuk mendapatkan konsep pelajaran secara utuh. Selanjutnya setiap kelompok membuat laporan hasil kerjanya untuk dipresentasikan di depan kelas.

C. Kegiatan Penutup
Proses pembelajaran ditutup dengan melaksanakan diskusi kelas untuk membuat rangkuman pelajaran dan melaksanakan Post-Test untuk melihat keberhasilan siswa.
3) Pemantauan Pelaksanaan Tindakan
Berikut ini dipaparkan seluruh alat pengumpul data yang digunakan, serta hasil yang diperoleh dari data tersebut, baik data siklus I maupun data siklus II. Tujuannya agar dapat dilihat kemajuan apa yang dialami selama penelitian dilaksanakan.

1) LEMBARAN OBSERVASI
Observasi dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2008 dan 29 Mei 2008. aktivitas yang diamati sama dengan siklus I, yaitu:
- Mengajukan pertanyaan,
- Menjawab pertanyaan siswa maupun guru,
- Memberi saran,
- Mengemukakan pendapat,
- Menyelesaikan tugas kelompok,
- Mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Hasil yang diperoleh pada observasi ini dapat kita lihat pada lampiran 3 dan 4
Tabel: 4.2
Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2 (22-05-2008 dan 29-05-2008)
No. Aktivitas yang diamati Jml. Siswa Ket.
Pert. I Pert. II
1. Mengajukan pertanyaan 7 (30%) 11 (48%)
2. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru 8 (34%) 11 (48%)
3. Memberi saran 2 (9%) 6 (26%)
4. Mengemukakan pendapat 8 (34%) 12 (52%)
5. Menyelesaikan tugas kelompok 18 (72%) 9 (82%)
6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok* 5 (100%) 5 (100%)
*Presentasi dalam bentuk kelompok
Dari tabel di atas terlihat sudah terjadinya perubahan yang cukup berarti untuk semua aktivitas yang diteliti. Khusus aktivitas yang ke enam, yaitu mempresentasikan hasil kerja kelompok memang tidak ada perubahan, karena presentase berdasarkan kelompok yang terdiri dari lima kelompok, sehingga yang tampil satu orang per kelompok.

Untuk lebih jelasnya gambaran perubahan antara siklus satu dengan siklus dua, lebih lanjut peneliti paparkan pada tabel berikut:
Tabel: 4.3
Pengolahan Data Lembaran Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus Satu dan Siklus Dua
No. Aktivitas yang diamati Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan (%)
1 (%) 2 (%) Rata-rata (%) 1 (%) 2 (%) Rata-rata (%)
1 Mengajukan pertanyaan 14 27 20,5 30 48 39 18,5
2 Menjawab pertanyaan siswa maupun guru 14 32 23 34 48 41 18
3 Memberi saran 0 5 2,5 9 26 17,5 15
4 Mengemukakan pendapat 19 32 25,5 34 52 38 12,5
5 Menyelesaikan tugas kelompok 57 68 62,5 72 82 77 14,5
6 Mempresentasikan hasil kerja kelompok* 100 100 100 100 100 100 -
Jumlah (1-5) 134
212,5
78,5
Rata-rata 26,8
42,5
15,7

*Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Aspek dalam mengajukan pertanyaan pada awal (pertemuan 1, siklus 1) sangat kurang sekali, yaitu hanya tiga orang siswa yang berani dari 23 siswa yang ada (14%). Kemudian dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan motivasi dalam proses pembelajaran, maka terjadilah peningkatan aktivitas belajar pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya aktivitas yang sangat kurang bahkan tidak sama sekali pada awal (siklus 1) yaitu dalam hal memberi saran. Menurut pengamatan peneliti hal ini terjadi karena keterbatasan ilmu dan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Dan yang sangat menentukan sekali adalah siswa tidak terbiasa dan tidak berani tampil untuk mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan, apalagi memberi saran. Namun setelah penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw ini secara perlahan timbul keberanian siswa, sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan, yaitu pada siklus 1 rata-rata aktivitas siswa 26,8 %, pada siklus 2
rata-rata aktivitas siswa menjadi 42,5 %. Berarti terjadi peningkatan rata-rata 15,7 %.

2) CATATAN LAPANGAN
Sebagaimana pada siklus I, pada siklus II saat membuka pelajaran secara keseluruhan siswa tertarik mengikuti pelajaran. Permasalahan yang muncul pada siklus I, pada siklus II sudah jauh berkurang. Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan keaktifan siswa sebagai berikut:
1. Siswa sudah dapat mennyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

2. Secara komprehensif siswa sudah mampu menyelesaikan konsep-konsep yang dibahas secara utuh.

3. Pada kegiatan kelompok tahap II (kelompok ahli) maupun tahap III (penyatuan hasil dari kelompok ahli), siswa sudah dapat berdiskusi dengan baik dan mencatat hasil diskusinya.

4. Frekuensi bertanya dan menjawab sudah meningkat. Bahkan muncul pertanyaan kritis, misalnya:
*Mengapa Polisi menghalangi orang yang berdemonstrasi?
*Bolehkah kita berdemonstrasi di Istana Presiden?
Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti berasumsi bahwa siswa cukup paham dengan materi pelajaran yang dipelajari.

Refleksi Siklus II
Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap deskripsi data yang dipaparkan di atas. Di mana pada lembaran observasi aktivitas belajar siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada awalnya (siklus I) siklus belum berani dan ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat, namun pada siklus II sudah ada keberanian. Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah menunjukkan aktivitas yang baik.

3) KUESIONER
Setelah berakhirnya siklus II, diedarkan kuesioner kepada 23 orang siswa (kuesioneris). Kuesioner ini dilaksanakan untuk melihat bagaimana tanggapan siswa setelah mengikuti model pembelajaran kooperatif Jigsaw, dan juga untuk melihat apakah siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PKn. Hasil dari kuesioner siswa ini dapat kita lihat pada lampiran 5.
Untuk mengetahui hasil dari kuesioner yang telah diedarkan pada siswa, di bawah ini peneliti paparkan pada tabel berikut:
Tabel: 4.4
PENGOLAHAN DATA KUESIONER
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Tidak Menjawab
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Apakah anda tahu tentang topik yang anda pelajari setiap belajar? 23 100 - - - -
2 Apakah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai anda pahami? 20 87 3 13 - -
3 Apakah model pembelajaran yang dibawakan oleh guru anda senangi? 23 100 - - - -
4 Apakah cara belajar yang dibawakan oleh guru mendorong anda untuk belajar? 21 91 2 9 - -
5 Apakah informasi yang anda perdapat bisa anda jelaskan pada teman sekelompok anda? 12 52 10 44 1 4
6 Anda memahami informasi pelajaran yang diberikan oleh teman? 8 35 15 65 - -
7 Anda termotivasi bertanya pada saat diskusi kelas? 22 96 1 4 - -
8 Anda termotivasi untuk menjawab soal diskusi kelas? 16 70 6 26 1 4
9 Model pelajaran yang diterapkan melatih anda untuk bertanggung jawab? 23 100 - - - -
10 Model pembelajaran yang diterapkan meningkatan minat dan aktivitas anda dalam belajar? 22 96 1 4 - -

Dari data kuesioner di atas, peneliti melihat bahwa pada umumnya siswa tahu tentang topik atau kompetensi dasar yang akan dipelajari. Ini terjadi karena setiap akan memasuki pelajaran, peneliti selalu menginformasikan Kompetensi Dasar (KD) atau Indikator apa yang akan dicapai. Selanjutnya data yang menunjukkan memperoleh hasil yang baik adalah mengenai model pembelajaran yang diterapkan. Menurut pengakuan siswa, model pembelajaran kooperatif Jigsaw disenangi oleh siswa. Sehingga membawa dampak positif terhadap yang lain, seperti dapat melatih siswa untuk bertanggungjawab. Kemudian dampak lain yang sangat berpengaruh dengan disenanginya model pembelajaran yang diberikan adalah siswa menjadi termotivasi untuk bertanya, terutama saat berdiskusi. Dengan termotivasinya siswa saat berdiskusi, akhirnya aktivitas belajar siswa menjadi meningkat, sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih baik.
Data yang menunjukkan memperoleh hasil yang rendah adalah dalam hal menyampaikan informasi pelajaran kepada teman, maupun menerima informasi pelajaran dari teman. Hal ini peneliti sadari bahwa bagi siswa SMP kelas VII, memang masih sulit bagi mereka untuk menerangkan atau menyampaikan informasi pelajaran maupun menerima keterangan atau informasi pelajaran dari teman. Hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh siswa masih rendah. Dengan melihat data kuesioner siswa yang telah dilaksanakan, peneliti berencana untuk dapat melaksanakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam proses pembelajaran selanjutnya sesuai dengan materi yang cocok.




















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan peneliti tentang aktivitas belajar siswa di kelas VII-A, SMPN 1 47 Jakarta, ternyata model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Ini dapat peneliti lihat dari beberapa hal sebagai berikut:
- Siswa dapat mengikuti proses pembelajaran lebih bergairah dan bersemangat,
- Timbulnya keberanian siswa dalam menyampaikan ide atau pikiran,
- Tumbuhnya rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapatnya,
- Meningkatnya rasa tanggungjawab siswa dalam mengikuti pembelajaran,
- Sangat kurang sekali siswa yang berkeliaran dan maupun mengganggu teman.
Dengan demikian berarti model pembelajaran kooparatif Jigsaw sangat cocok diterapkan dalam proses pembelajaran PKn di SMPN 147 Jakarta.

B. Saran-saran
a. Sebaiknya siswa memiliki buku pokok ataupun buku penunjang, sehingga dalam melaksanakan diskusi tidak kekurangan bahan,
b. Pembagian kelompok siswa sebaiknya dilakukan sebelum masuk materi pelajaran, bahkan kalau memungkinkan kelompoknya permanen
c. Lembaran kerja siswa sebaiknya dibagikan beberapa hari sebelum PBM dimulai, bersamaan dengan informasi KD atau materi yang akan diberikan























DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anton M Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Depdikbud, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Depdikbud
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T., Bumi Aksara
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Team Pelatih Penelitian Tindakan, 2000, Penelitian Tindakan (Action Research), Universitas Negeri Yogyakarta
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, 2003, Jakarta : Depdiknas
Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima